Perhatikanlah burung yang tiap hari membelah
langit tanpa lelah mengepakkan sayapnya, bumi yang tak pernah bosan berputar setiap
detiknya, angin semilir yang berhembus lembut menyejukkan, hujan yang tiap
tetesannya membasahi tanah, mangga yang kematangan buahnya selalu dinanti, dan
masih banyak lagi yang dapat kita tafakuri. Sesungguhnya apa yang dilakukan
burung, bumi, angin, hujan dan mangga adalah hanya sebagian dari bentuk
penghambaan alam semesta kepada Allah sebagai bukti cintanya yang utuh. Cinta
yang seutuh purnama.
Kita
sebagai manusia, hamba yang sempurna telah diberikan amanah agung nan berat
sebagai khalifah fil ardh seringkali masih memberikan cinta yang belum utuh. Cinta
kita masih sering tergoda oleh banyaknya ujian dan pujian yang mampu meluluh
lantakkan cinta tersebut.
Untuk
terbangun di pagi yang masih terselimut dingin dan gelap untuk menunaikan
ibadah wajib yaitu shalat shubuh saja, kita masih sering terlena dengan belaian
kasur dan bantal. Ketika waktu shalat dhuha tiba kita masih sering mengalah
dengan kesibukan yang sebenarnya dapat kita tunda selama lima menit. Al-Qur’an
kita apalagi nasibnya paling miris karena hampir selalu kalah dengan televisi,
majalah favorit, atau karena lamunan yang hampa. Atau semua itu (shalat shubuh,
shalat dhuha, tilawah Al-Qur’an dan ibadah lainnya) dengan mudah kita lakukan,
tetapi niat kita yang belum utuh untuk Allah. Itulah sosok kita sebagai hamba…
belum mampu mempersembahkan cinta yang utuh. Sebagian dari kita baru memberikan
cinta kepada Allah seperti bulan ketika masih 3/4 bagian
, sebagian yang lain masih memberikan cinta
kepada Allah seperti bulan ketika masih 1/2 bagian
, bahkan mungkin sebagian dari kita masih
memberikan cinta kepada Allah seperti bulan ketika berbentuk sabit. Masyaallah… betapa tidak
bersyukurnya kita kepada Allah.
Sesungguhnya
tanpa cinta kita sekalipun kekuasaan Allah atas diri kita dan alam semesta
tidak akan berkurang. Karena hanya Dia dan hanya Dia lah yang mengenggam semua
yang ada di alam semesta ini.
Cinta…
kata yang sangat sarat makna, mudah diucapkan tapi sangat sulit dibuktikan.
Meskipun demikian banyak orang-orang terdahulu yang dapat memberikan cintanya
kepada Allah secara utuh serta mampu membuktikannya, sehingga semua yang
dimiliki mampu dikorbankan tanpa ada rasa ragu dan berat di hati.
Handzhalah…
Sosok seorang sahabat yang tangguh, berani
dan memiliki semangat berkorban yang tinggi. Saat ada panggilan jihad, ia baru
saja menikah. Tanpa berpikir panjang dan masih dalam keadaan junub, ia pun
memenuhi panggilan jihad itu dengan semangat membara. Ia akhirnya meraih
syahid. Jasadnya basah karena telah dimandikan oleh para malaikat.
Nabi Ibrahim as…
Tentu namanya tak asing lagi di telinga kita.
Ia sosok pria yang berani, sabar dan ikhlas. Anak diperolehnya dalam waktu yang
lama, setelah menikahi istri keduanya Sarah. Suatu hari ia bermimpi
diperintahkan Allah untuk menyembelih putra tercintanya Ismail as. yang saat
itu baru berusia remaja untuk disembelih. Ketika anaknya bersedia untuk
menjalankan perintah Allah tersebut, dengan izin Allah lah keikhlasannya dan
keluarganya digantikan dengan perintah tidak jadi menyembelih putranya tetapi
menyembelih seekor domba.
Masyithah…
Namanya tentu terukir indah dalam sejarah.
Wanita yang sangat pemberani, teguh pendirian dan sabar. Tukang sisir dalam
kerajaan fir’aun ini berani mengakui keimanannya kepada Allah dalam keadaan
sangat terdesak dengan kekuasaan fir’aun. Hingga ia ikhlas syahid beserta suami
dan anak-anaknya karena siksaan dari fir’aun.
Sahabat…
tentu itu hanya sedikit kisah tentang bukti kecintaan seorang hamba kepada
Rabbnya dengan penghambaan yang utuh dan tulus. Kita mungkin belum bisa
membuktikan bukti cinta kita sebagai hamba sedahsyat kecintaan para salafus
shalih. Karena kita saat ini dalam masa berusaha membangun cinta yang utuh.
Kita dapat memulai membuktikan cinta yang tulus dengan mengamalkan
perintah-perintah wajib dan sunah, serta tidak lupa disertai dengan niat yang
ikhlas untuk Allah semata. Agar kita dapat mempersembahkan cinta yang utuh kepada Allah,
seindah purnama di malam hari. (nov-des 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar