24 Juni 2012

“LIQO” versi Anak SD


Sebagian temen-temen pasti gak asing dengan istilah di atas, tapi gak sedikit juga yang masih bingung?! Lalu bertanya-tanya...
“Liqo itu apaan sih?”
”Games online terbaru ye.”
mmm...
“Sejenis boneka barbie ya?”
Or...
“Tempat wisata mirip DUFAN!”
Maaf banget nih ya, kagak ada yang bener. Hehehehehe...
Wat temen-temen yang pernah mentoring di skul atau kampus pasti tau itu. Karena emang liqo n’ mentoring itu kembaran, mereka istilah untuk pengajian rutin pekanan. Mungkin pengajian di mesjid atau tivi juga banyak, tapi liqo itu gak sekedar transfer ilmu agama karena di liqo ada proses takwiniyah (pembentukan), penguatan ukhuwah, merubah seseorang menjadi semakin Islami, de el el... Masih buaaanyak deh. Kesempatan kali ini kita ngebahas dulu liqo dari kacamata Anak SD.
Hari ini adalah hari pertama adik ku ikutan liqo. Adik bungsuku yang paling cantik (ya iyalah... dari keempat adikku hanya dia yang wanita. hehe), umurnya baru genap 8 tahun tanggal 1 juli nanti, namanya begitu indah Nazaahah Amatullah Fauziyyah... 






Sepulang liqo aku mulai mewawancarai dirinya, ya kebetulan dia juga hobi curhat. Aku hanya bertanya materi apa yang diberikan. Si dede (panggilan sayangku ke dia, walau masih ada panggilan sayang yang lainnya) langsung bercerita panjang lebar tentang pengalamannya tadi.
Dede : Kak tadi bu guru heni cerita tentang “Setan Kurus dan Setan Gemuk”.
Aq : Oooooooo......... emang ceritanya gimana de? (pura-pura gak tau gitu)
Dede : Setan kurus itu karena gak dapat makan, dia juga gak pake baju, gak minum. Kalo setan gemuk itu karena makan, dia pake baju, rambutnya juga rapi.
Aq : Kenapa begitu de?
Dede : Iya karena kan setan kurus ganggu orang beriman tapi orang beriman selalu bilang bismillah setiap makan, minum, pake baju. Kalo setan gemuk ganggu orang kafir yang tidak bilang bismillah kak.
Aq : Iya setan kurus itu kalo kita bilang bismillah di setiap aktivitas kita, dia gak ikut kita makan, minum, dan gak pake baju. Sebaliknya dengan setang gemuk yang mengganggu orang kafir, dia ikut makan, minum, dan pake baju juga de. Jadi dede harus selalu bilang bismillah setiap melakukan sesuatu
Dede : Iya kak, tadi saya minum bilang bismillah...
Aq : ^_^
Tenang saudara-saudara, ceritanya belum beres. Curhat masih berlanjut sampai d meja makan saat kita makan berdua (karena anggota keluarga yang lain, dah pada kelar makannya). Tanpa ditanya, kali ini dede langsung cerita.
Dede : Kak liqo itu enak..
Aq : Kenapa?
Dede : Karena jadi kenal banyak teman...
Aq : Trus apa lagi...
Dede : Bisa main dengan teman-teman, ada cerita dari bu guru heni, biasa hafalan.
Aq : Dede hafalan apa?
Dede : Hafalan dari surat An-Nas sampai Al-Falaq.
Aq : OOO...
Aku langsung kaget... takjub plus tentunya bersyukur. Aku gak nyangka aja, dede ku yang lucu sangat menikmati liqo dan mampu mengambil banyak pelajaran di hari pertamanya liqo dengan segala kepolosannya. Hihihihi......
Pelajaran yang aku dapat :
v  Tentunya mengulang kembali tentang materi keutamaan basmalah.
v  Mempelajari Islam adalah hal yang menyenangkan.
v  Ukhuwah yang kokoh adalah pondasi halaqah yang muntijah.
v  Tarbiyah membuat kita memiliki banyak saudara.
v  Cerita-cerita penuh hikmah akan membuat mad’u semakin memahami materi yang diberikan.
v  Hafalan bukanlah sesuatu yang menakutkan, tapi menyenangkan.
v  Tidak sekedar menuntut ilmu tapi juga mengamalkannya.
v  Anak kecil aja bersemangat liqo, menghafal Al-Qur’an, mendalami Islam dan mengamalkannya, serta mampu membangun ukhuwah yang kokoh. Masa sih... kita yang dah tua n’ dah lama liqo kalah (jadu maluuuu banget deh).
Terima kasih sayang...
Jazakillahu khair shalihah...
Barakallah forever...
I love you cause Allah...
Ukhibukifillah cantik ku... ^_^
Jadilah sesuai namamu... Kesucian, kemurnian Hamba Allah Yang Menang




25 Maret 2012

The Circle of LOVE...


Bersalaman n’ cipika-cipiki ketika bertemu
Majelis dengan duduk melingkar
Mengawali dan mengakhiri majelis dengan dua kata ajaib (bismillah dan alhamdulillah)
Al-Qur’an jadi bekal utama
Warna ukhuwahnya bahkan lebih indah dari pelangi
Karena terajut dengan benang cinta karena ALLAH
Berjanji tuk terus mengikat hati hingga ke kampung Abadi



Ya sahabat itulah kita yang sedang berusaha meraih ridho ILLAHI. Kita yang menamakan itu sebagai “The Circle of Love”. Padahal pada awalnya kita sama sekali tidak mengenal satu sama lain, bahkan mungkin ada diantara kita yang saling ber-antipati. Tapi itulah kehebatan do’a rabithoh yang mahsyur. Ia meruntuhkan sedikit demi sedikit ke-egoisan kita, dan mulai menyusun bangunan Ukhuwah. Kita bersama merintis “The Circle of Love”... Ya kita sahabat, bukan hanya AKU... bukan hanya KAMU... atau bukan hanya DIA. Karena lingkaran erat itu hanya akan terbangun oleh kita semua secara bersama-sama.

Kita jelas berbeda satu sama lain. Kita gak ada yang sama persis.
Ada yang berkulit putih, ada yang berkulit hitam...
Ada yang bermata belo, ada yang bermata sipit atau biasa aja...
Ada yang bekerja, ada yang jadi pengusaha...
Ada yang berpendidikan tinggi sampe ke langit (wuiiiiiiih jauh beut), ada yang berpendidikan S-3 (SD-SMP-SMA/K)...
Ada yang dari keluarga serbaa berkecukupan, ada yang dari keluarga serba berlebihan...
Ada yang dari pelosok negri, ada yang dari pusat kota...
Ada yang sangat bersemangat, ada yang jadi penyemangat...
Ada yang berprinsip diam itu emas, ada yang berprinsip berbicara itu modal perluas jaringan...
Ada yang suka warna pink, ada yang sangat keki dengan warna pink...
Ada yang suka lagu haroki, ada yang suka lagu mellow
Ada yang jalan seperti seorang putri solo, ada yang jalan penuh semangat seperti prajurit perang...
Ada yang hanya bisa menyampaikan ide dengan tulisan, ada yang paling gak bisa kalo di minta men umpahkan ide dalam tulisan...
Ada yang sangat fleksibel dengan agenda kegiatan, ada yang sangat disiplin dengan agenda kegiatan...
Ada yang senang basa-basi, ada yang senang to the point...
Ada yang doyan duren, ada yang benci duren...
(ayo tebak termasuk yang mana diri kita... hehehehehehe)

Ya itulah gambaran kita, kita berbeda-beda. Bahkan begitu banyak perbedaan antara kita. Lebih banyak dari yang telah disebutkan di atas. Tapi karena perbedaan itulah kita saling melengkapi, saling berbagi. Dari perbedaan itu kitta belajar untuk saling menghormati... menghargai... menyayangi... menerima kekurangan dan kelebihan saudara kita. Tiada kata akhir dalam merajut kisah indah ini, bahkan ketika kita telah memiliki “The Circle of Love” yang baru dengan orang-orang yang berbeda, karena dengan formasi yang berbeda akan dapat semakin membuat kita belajar bagaimana menyusun puzzle cinta dalam bingkai ukhuwah.

Kita bukanlah kumpulan malaikat yang tak pernah khilaf, yang tak pernah berbuat salah. Kita adalah sekumpulan manusia yang punya kemungkinan untuk khilaf dan berbuat salah. Sehingga disinilah kita melakukan proses ber-ukhuwah. Kita mengingatkan saudara kita akan ke-khilafan atau kesalahannya. Kita berlapang dada dan menyiapkan begitu banyak stok maaf atas ke-khilafan atau kesalahannya. Kita meninggikan bangunan husnudzhon di hati dan pikiran kita.
The Circle of Love memiliki ikatan yang bahkan jauh lebih kuat dari ikatan rangkap dalam senyawa benzena. Yang mampu membuat para Nabi dan syuhada iri karena telah disiapkan tempat khusus oleh Allah. (pasti langsung pada ngebayangin kayak gimana, Subhanallah gak kebayang indahnya)

Sekalipun kita suatu hari telah berbeda lingkaran... telah berjauhan tapi kita tetaplah satu dalam cinta karena ILLAHI.

The Circle of Love...
Lebih indah dari pelangi
Lebih manis dari lollypop
Lebih kuat dari benzena

21 Maret 2012

Lidahku... Lukamu...


           Kita mungkin sering lupa dengan kata, kalimat atau paragraf yang telah diucapkan oleh lidah kita. Kita juga pasti lupa kepada siapa saja lidah ini telah beraksi. Kesalahan yang mungkin dilakukan oleh lidah kita pun sering terlupakan. Tidak salah bila ada yang mengatakan lidahmu adalah pedang yang dapat membunuhmu. Lidah yang tak bertulang ini sering mengungkapkan sesuka kita yang seringkali tidak kita pertimbangkan dulu baik buruknya. Sehingga kata, kalimat dan paragraf yang terurai lebih tajam dari pedang yang mampu menyayat hati saudara kita, sehingga menjadi luka yang menganga. Lidah kita lebih menuruti egoisme kita daripada hati dan logika kita. Kita lupa akan perasaan saudara kita.

Eh… jangan kekanak-kanakan ya! Emang aku hanya harus perhatiin kamu aja. Urusan aku banyak. Keluarga aja bukan, nyusahin banget.

Atau…

Ukhti ini aktivis dakwah jadi kalau mau bersikap hati-hati. Ukh nyadar gak sih semua mata itu tertuju pada kita. Kan ukhti juga tau aturan syar’i, taatilah jangan jadi pembangkang. Akan seperti apa islam kalau orang yang mau menegakkannya seperti anti.

Atau…

Loe udah salah, kagak nyadar lagi. Perbaiki kesalahan loe!!! Jangan banyak alasan. Kita kagak butuh pembelaan diri loe, yang kita butuhin pengakuan dan keinginan loe untuk jadi lebih baik.


            Itu hanya sedikit untaian kata yang sering, jarang atau sekedar pernah kita ucapkan. Sehingga menjadi hal biasa bagi diri kita. Mungkin bagi kita yang mengucapkan itu hanya hal biasa, ya yang sekedar lewat dan langsung terlupakan. Tapi bagi orang lain yang menjadi tempat kita menghembuskan kalimat-kalimat tersebut tentu berbeda. Bagi mereka hembusan kalimat-kalimat tersebut bagaikan “wedus gembel dari gunung berapi” yang membuat telinga dan hati kepanasan hingga nyaris hangus. Sehingga akan terngiang dalam beberapa waktu di telinga atau mungkin akan terus membekas dalam pikiran orang tersebut.
       Sahabat… belajarlah untuk mengeja terlebih dahulu setiap kata atau kalimat yang akan meluncur dari dalam mulut kita. Cermati dan pikirkanlah terlebih dahulu. Apakah kita menyukainya? Apakah bila kita yang mendapatkan ungkapan tersebut kita akan baik-baik saja? Apakah kita sangat senang mendengarnya? Bila jawaban kita ya… bisa jadi hati kita sedang sakit oleh berbagai penyakitnya, bahkan mungkin nyaris mati. Na’udzubillah… Astaghfirullah… Tetapi bila jawaban kita tidak! Maka janganlah kita menyampaikannya kepada orang lain. Cukup sekedar terlintas dan segera buang jauh-jauh dari pikiran kita.
          Untailah kata-kata yang indah, yang dapat menenangkan hati setiap orang yang mendengarnya, yang mampu mengeratkan tali ukhuwah diantara kita. Ungkapkanlah setiap kata yang kita pun ridho dan ikhlas mendapatkannya dari orang lain. Pikirkanlah hati saudara kita. Posisikan kita seperti mereka. Turunkanlah sedikit demi sedikit tegangan egoisme diri kita. Sehingga kita lebih bisa menggunakan hati dan logika kita dengan baik.
         Jika memang kita ingin menegur kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, tegurlah dengan cara-cara yang baik. Kita untai kalimat untuk menegur selembut mungkin, yang tidak melukai hati saudara kita namun tetap tegas. Pandanglah permasalahan tersebut dari berbagai sudut pandang, sehingga dapat menegur dengan bijak. Karena yang ingin kita dapatkan adalah solusi terbaik untuk saudara kita yang melakukan kesalahan. Kesalahan kita dalam menegur saudara kita memungkinkan timbulnya permasalahan baru, misalnya permasalahan ukhuwah antara kita dan saudara kita tersebut.

Di antara akhlak seorang mukmin adalah berbicara dengan baik, bila mendengarkan pembicaraan tekun, bila berjumpa orang dia menyambut dengan wajah ceria dan bila berjanji ditepati. (HR. Ad-Dailami) (nov-des 2010)

             



























Cintaku Belum Seutuh Purnama...


Perhatikanlah burung yang tiap hari membelah langit tanpa lelah mengepakkan sayapnya, bumi yang tak pernah bosan berputar setiap detiknya, angin semilir yang berhembus lembut menyejukkan, hujan yang tiap tetesannya membasahi tanah, mangga yang kematangan buahnya selalu dinanti, dan masih banyak lagi yang dapat kita tafakuri. Sesungguhnya apa yang dilakukan burung, bumi, angin, hujan dan mangga adalah hanya sebagian dari bentuk penghambaan alam semesta kepada Allah sebagai bukti cintanya yang utuh. Cinta yang seutuh purnama.
            Kita sebagai manusia, hamba yang sempurna telah diberikan amanah agung nan berat sebagai khalifah fil ardh seringkali masih memberikan cinta yang belum utuh. Cinta kita masih sering tergoda oleh banyaknya ujian dan pujian yang mampu meluluh lantakkan cinta tersebut. 


            Untuk terbangun di pagi yang masih terselimut dingin dan gelap untuk menunaikan ibadah wajib yaitu shalat shubuh saja, kita masih sering terlena dengan belaian kasur dan bantal. Ketika waktu shalat dhuha tiba kita masih sering mengalah dengan kesibukan yang sebenarnya dapat kita tunda selama lima menit. Al-Qur’an kita apalagi nasibnya paling miris karena hampir selalu kalah dengan televisi, majalah favorit, atau karena lamunan yang hampa. Atau semua itu (shalat shubuh, shalat dhuha, tilawah Al-Qur’an dan ibadah lainnya) dengan mudah kita lakukan, tetapi niat kita yang belum utuh untuk Allah. Itulah sosok kita sebagai hamba… belum mampu mempersembahkan cinta yang utuh. Sebagian dari kita baru memberikan cinta kepada Allah seperti bulan ketika masih 3/4 bagian , sebagian yang lain masih memberikan cinta kepada Allah seperti bulan ketika masih 1/2 bagian , bahkan mungkin sebagian dari kita masih memberikan cinta kepada Allah seperti bulan ketika berbentuk sabit. Masyaallah… betapa tidak bersyukurnya kita kepada Allah.
            Sesungguhnya tanpa cinta kita sekalipun kekuasaan Allah atas diri kita dan alam semesta tidak akan berkurang. Karena hanya Dia dan hanya Dia lah yang mengenggam semua yang ada di alam semesta ini.
            Cinta… kata yang sangat sarat makna, mudah diucapkan tapi sangat sulit dibuktikan. Meskipun demikian banyak orang-orang terdahulu yang dapat memberikan cintanya kepada Allah secara utuh serta mampu membuktikannya, sehingga semua yang dimiliki mampu dikorbankan tanpa ada rasa ragu dan berat di hati.



           
Handzhalah…
Sosok seorang sahabat yang tangguh, berani dan memiliki semangat berkorban yang tinggi. Saat ada panggilan jihad, ia baru saja menikah. Tanpa berpikir panjang dan masih dalam keadaan junub, ia pun memenuhi panggilan jihad itu dengan semangat membara. Ia akhirnya meraih syahid. Jasadnya basah karena telah dimandikan oleh para malaikat.

Nabi Ibrahim as…
Tentu namanya tak asing lagi di telinga kita. Ia sosok pria yang berani, sabar dan ikhlas. Anak diperolehnya dalam waktu yang lama, setelah menikahi istri keduanya Sarah. Suatu hari ia bermimpi diperintahkan Allah untuk menyembelih putra tercintanya Ismail as. yang saat itu baru berusia remaja untuk disembelih. Ketika anaknya bersedia untuk menjalankan perintah Allah tersebut, dengan izin Allah lah keikhlasannya dan keluarganya digantikan dengan perintah tidak jadi menyembelih putranya tetapi menyembelih seekor domba.

Masyithah…
Namanya tentu terukir indah dalam sejarah. Wanita yang sangat pemberani, teguh pendirian dan sabar. Tukang sisir dalam kerajaan fir’aun ini berani mengakui keimanannya kepada Allah dalam keadaan sangat terdesak dengan kekuasaan fir’aun. Hingga ia ikhlas syahid beserta suami dan anak-anaknya karena siksaan dari fir’aun.

            Sahabat… tentu itu hanya sedikit kisah tentang bukti kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya dengan penghambaan yang utuh dan tulus. Kita mungkin belum bisa membuktikan bukti cinta kita sebagai hamba sedahsyat kecintaan para salafus shalih. Karena kita saat ini dalam masa berusaha membangun cinta yang utuh. Kita dapat memulai membuktikan cinta yang tulus dengan mengamalkan perintah-perintah wajib dan sunah, serta tidak lupa disertai dengan niat yang ikhlas untuk Allah semata. Agar kita dapat mempersembahkan cinta yang utuh kepada Allah, seindah purnama di malam hari. (nov-des 2010)



















06 Maret 2012

Iseng...iseng...

Dah lama banget gak mengutak-atik flanel yang membeku di pojok kamar, akhirnya setelah makan malam langsung bergegas mengutak-atik flanel.

Walo tampaknya belum benar-benar bagus hasilnya... hehehe (dari pada ngaku dah bagus trus banyak yang protes kan gak enak)

Jreng...jreng...
dan ini hasilnya saudara-saudara



04 Maret 2012

Menanti Dengan Perjuangan


Setiap kita sesungguhnya tengah menjalani suatu kisah dari Sang Maha Sutradara Agung, yang mampu membentuk kisah-kisah yang sangat sarat makna. Allah… Sang Sutradara yang sekaligus merangkap sebagai Sang Produser Maha Kaya telah menuliskan semua kisah tersebut pada kitab “Lauh Mahfuzh”. Karenanya hidup ini pada hakikatnya hanyalah penantian…

Sejak kita berada di kandungan seorang wanita mulia… kita telah menjalani proses penantian. Penantian untuk menjadi penghuni dunia.

Lalu kita menanti waktu untuk dapat berjalan dan berbicara.

Lalu setelah itu… kita menanti waktu untuk mulai bersekolah dan menanti saatnya lulus dari setiap jenjang pendidikan.

Ketika kanak-kanak itu juga… kita menanti tumbuh menjadi remaja yang nantinya kan dewasa.

Tidak lupa… kita juga menanti waktu untuk menikah, punya anak, punya cucu.

Dan akhirnya… kita menanti waktu untuk dijemput oleh ruh suci malaikat Izrail.
Ketika telah dikuburkan pun… kita masih menanti saatnya penghisaban dan berjumpa dengan Sang Sutradara Agung tersebut.



            Itulah kisah yang kita jalani, penuh dengan masa penantian. Hidup yang penuh penantian ini tentu sangat sia-sia bila hanya kita habiskan untuk menanti. Dalam menjalani setiap masa penantian yang satu ke masa penantian yang lain, harus dijalani dengan perjuangan karena tentunya kita tidak menginginkan mendapatkan hasil yang biasa-biasa saja. Tapi kita ingin mendapatkan hasil dengan prestasi yang gemilang.
            Ingatlah ketika kita menanti untuk dapat berjalan. Perjuangan yang kita lakukan sangat luar biasa, tiada kata lelah dan putus asa perjuangan yang kita lakukan. Berulang kali kita jatuh… kita menangis kesakitan akibat jatuh tersebut… begitu banyak luka akibat jatuh tersebut. Tapi sebagai anak kecil kita tidak pernah berhenti berjuang untuk dapat berjalan atau bahkan berlari. Karena kita ingin merasa menjadi pemenang dalam masa penantian itu. Itulah sesungguhnya kita, yang terlahir sebagai pejuang pemberani. Bukan sebagai pecundang.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat : 15)

            Dalam ayat Al-Qur’an di atas dijelaskan bahwa berjuang adalah bagian dari perintah Allah, berjuang dengan segenap potensi yang kita miliki yang telah diberikan-Nya kepada kita hamba-Nya. Semangat seorang pejuang harus bisa kita hadirkan dalam diri kita agar senantiasa jauh dari kemalasan dan berpangku tangan. Banyak hal di dunia yang kita cinta ini saudariku yang harus kita perjuangkan. Jadilah bintang dalam segala hal. Bintang yang mampu menerangi dunia dengan cahayanya. Perhatikanlah sang surya yang tidak pernah lelah dan bosan menerangi dan menghangatkan dunia. Karena selain menjadi bintang, dengan melakukan perjuangan yang lebih dari orang yang lain kita telah maju selangkah lebih awal dari orang lain dan dapat menebarkan banyak manfaat pada dunia. Serta walaupun kita tidak dapat menjadi bintang, Allah melalui malaikatnya telah menilai setiap perjuangan yang kita lakukan dan akan memberikan penghargaan khusus berupa pahala atas perjuangan kita tersebut.
            Tentu berbeda orang yang hanya diam dan bermalas-malasan dalam penantiannya menjalani hidup ini. Ia takkan meraih prestasi gemilang, akan tertinggal dari yang lain, tidak akan pernah memberikan manfaat bagi yang lain, dan tentunya waktu yang ia miliki hanya terbuang sia-sia. Padahal Allah sangat tidak menyukai orang-orang yang hanya diam menanti tanpa melakukan apa-apa.
            Bersemangatlah selalu saudariku dalam penantian panjang kita ini. Hidup akan sangat bermakna bila kita mengisinya dengan perjuangan tanpa henti, hingga di akhir penantian kita dapat menjadi bintang yang mampu menerangi. Menjadi bintang yang senantiasa dinanti hadirnya. (nov-des 2010)

Berbicara pada Hati

Hati apa kabar mu?
Bagaimana kadar keimananmu?

Hati sudahkah kau berdzikir hari ini?
Hati sudhkah kau beristighfar hari ini?
Hati adakah prasangka buruk yang kau lakukan har ini?
Hati seperti apakah keadaanmu?
Hati bagaimana kau mencintai Yang Maha Memilikimu?
Hati adakah luka yang kau simpan dari perkataan atau perbuatan orang terhadapmu?
Hati adakah penyakit yang menjangkitimu saat ini?
Ataukah??? Kau sedang menghadapi kritis?
Hati sudahkah kau bertaubat atas dosa dan kesalahanmu?




Hati bersihkanlah dirimu...
Bebaskanlah dirimu dari penyakit hatiyang mungkin menjangkitimu.
Tepislah semua prasangka buruk gantilah dengan husnudzhon.
Hapuslah semua luka yang mungkin ada padamu akibat orang lain, karena bisa jadi orang lain pun merasakan yang sama dengna mu.
Hati perbanyaklah dzikir dan istighfar agar dirimu bercahaya.
Cintailah Yang Maha Memilikimu agar dimu tentram menjalani hidup.
Hati... janganlah mudah terpedaya oleh semunya dunia karena ia tak abadi, karena ia hanya akan melenakan dirimu.

Hati janganlah pernah lelah memohon pada ILLAHI agar ILLAHI selalu menjaga kekohanmu dengan istiqomah. 


(Timur Nusantara, 5 Maret 2012)