18 April 2011

Jadilah Putri Bila Menginginkan pangeran


“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).” (QS. An-Nur : 26)




            Allah dalam ayat cinta-Nya sangat menegaskan bahwa kualitas kita sangat menentukan bagaimana kualitas orang yang kelak akan menemani hari kita dalam perjalanan hidup yang baru, setelah tanggung jawab orang tua kita telah lepas dari kita. Dimana ridho darinya yang akan membantu kita meraih surga.
Saudariku kita tentu mendambakan orang yang shalih… yang akan menjadi imam kita. Orang yang mampu menjadi qudwah hasananah bagi kita dan anak-anak kita. Karena demikian, maka kita perlu menyadari untuk terlebih dahulu menyiapkan diri kita menjadi pribadi shalihah agar Allah ridho memberikan hamba-Nya yang shalih kepada kita. Seorang putri tentu akan mendapatkan seorang pangeran dengan mudah. Tidak seperti rakyat jelata yang hanya mampu bermimpi menjadi pendamping hidup pangeran, seperti dalam dongeng. Ingatlah hidup ini nyata bukan dongeng. Sadarilah… maka jadilah putri agar mampu meraih pangeran.
            Penting bagi kita untuk benar-benar membentuk diri kita menjadi pribadi yang shalihah. Shalihah tidak semata dalam pandangan manusia, yang terpenting shalihah di mata Allah. Kita perlu baik dari berbagai sisi diri kita. Secara ketaatan kita harus mampu membuktikan cinta utuh seorang hamba kepada Rabbnya. Penampilan dzohir juga harus menampakkan keutuhan kita sebagai muslimah yang baik, dengan menggunakan pakaian yang sesuai syari’at. Jangan lupa kita perlu memoles akhlak kita, dengan berqudwah kepada qudwah hasanah kita sepanjang masa… Rasulullah saw. Sehingga kita dapat memancarkan pesona seorang wanita shalihah sejati.

Khadijah binti Khuwalid…
Wanita yang tangguh, cerdas dan santun. Tentu pantas menjadi pendamping manusia teragung Nabi muhammad saw., pria yang sabar, ikhlas dan sangat mencintai umatnya.

Hajar as…
Wanita yang perkasa dan penuh kesabaran. Tentu sangat sepadan dengan Nabi Ibrahim as., sosok pria yang tangguh dan penuh keikhlasan.

Fatimah binti Muhammad saw…
Wanita yang tulus, sabar, dan ikhlas. Tentu sesuai dengan Ali bin Abi Thalib ra., sosok pria yang sabar, setia, dan cerdas.

Ratu Bilqis…
Wanita yang rendah hati dan bijak. Tentu sangat serasi dengan Nabi Sulaiman as., sosok pria yang tenang dan cerdas.

            Itulah segelintir wanita-wanita terdahulu yang memiliki kepribadian memukau nan mempesona. Mereka mendapatkan belahan jiwa yang juga memiliki kepribadian mulia. Memiliki pendamping hidup yang baik tentu dambaan semua orang dan merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Untuk mendapatkan anugerah tersebut kita harus terlebih dahulu memperbaiki diri kita menjadi pribadi yang shalihah.
            Ada hal yang harus kita ingat baik-baik wahai saudariku, janganlah pendamping yang baik yang menjadi motivasi utama kita dalam memperbaiki diri. Jadikanlah motivasi utama kita adalah keridhoaan Allah semata. Karena dengan menjadikan Allah sebagai motivasi, maka kita akan mendapatkan cintanya Allah, bila kita telah di cintai Allah, Insyaallah… Allah akan ridho memberikan yang terbaik untuk kita.

Asiah binti Mazahim…
Siapa yang tidak mengenalnya. Wanita shalihah yang berbakti kepada suaminya tapi tetap memegang teguh keimanannya. Hanya ridho Allah yang menjadi motivasi utama hidupnya. Tetapi ia memiliki pendamping hidup yang sangat angkuh, bahkan kepada Allah. Itulah Fir’aun, manusia yang dzalim dan angkuh. Di tangan suaminyalah, Asiah meregang nyawa.

            Saudariku… begitulah seharusnya kita, menjadi pribadi shalihah semata untuk meraih ridho Allah. Jangan karena motivasi yang lain. Bila hal itu tidak dapat kita raih maka hanya penyesalan dan kerugianlah yang kita dapatkan. (nov-des 2010)

Wajib Mencari 40 Alasan Baru Boleh


Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. Yunus : 36)

            Mungkin pada bingung dan bertanya-tanya, kenapa judulnya harus Wajib Mencari 40 Alasan Baru Boleh”. Sengaja… saudariku, biar pada baca. Hehe….
            Coba perhatikan dan tadaburilah salah satu ayat cinta Allah kepada kita. Di dalam ayat tersebut tampak jelas bahwa Allah tidak menyukai kebiasaan kita yang suka berprasangka terhadap siapapun, tentu prasangka yang di maksud adalah prasangka buruk (su’udzhon). Prasangka buruk hampir selalu dipastikan membawa banyak mudharat bagi kita. Dengan bersu’udzhon kita akan menyemai bibit penyakit hati, baik bagi kita yang bersu’udzhon maupun bagi orang yang disu’udzhonkan. Ingatlah saudariku syaithan tidak akan mendiamkan satu celah pun kesempatan dirinya untuk bisa mempengaruhi kita. Maka kita wajib menjauhi celah-celah tersebut.
           
“Hati-hatilah terhadap prasangka. Sesungguhnya prasangka adalah omongan paling dusta.” (HR. Bukhari)

            Rasulullah pun sangat melarang kita berprasangka, karena merupakan omongan paling dusta. Dikatakan demikian karena ketika kita berprasangka banyak hal yang belum tentu kebenarannya, hanya perkiraan yang bisa jadi tidak sesuai dengan fakta. Sehingga dilarang untuk berprasangka, baik terhadap orang lain maupun kepada Allah yang menggenggam jiwa dan hati kia.
            Dengan prasangka akan banyak hal buruk yang mungkin terjadi. Prasangka akan membawa lebih banyak  mudharat dari pada maslahat. Bila di hati kita timbul prasangka terhadap saudara kita, hendaklah kita mencari alasan yang benar-benar bisa mewakili prasangka kita tersebut. Coba carilah minimal 40 alasan yang dapat mewakili.
            Suatu ketika mungkin kita berprasangka kepada teman kita yang tidak mengembalikan buku yang dipinjam kepada kita setelah berbulan-bulan meminjam. Coba pikirkan 40 alasannya.

1.      Belum mengembalikan buku kita karena malas.
2.      Belum mengembalikan buku kita karena tidak mau.
3.      Belum mengembalikan buku kita karena ingin memiliki.
4.      Belum mengembalikan buku kita karena lupa pernah pinjam buku dari kita.
5.      Belum mengembalikan buku kita karena sibuk.
6.      Belum mengembalikan buku kita karena hilang.
7.      Belum mengembalikan buku kita karena masih butuh.
8.      Belum mengembalikan buku kita karena lupa alamat kita.
9.      Belum mengembalikan buku kita karena nomor handphone kita hilang.
10.  Belum mengembalikan buku kita karena buku kita rusak.
11.  Belum mengembalikan buku kita karena lupa pemilik buku itu.
12.  Belum mengembalikan buku kita karena dipinjamkan ke orang lain, tapi lupa siapa orangnya.
13.  Belum mengembalikan buku kita karena mengira kita sudah tidak membutuhkan buku tersebut.
14.  Belum mengembalikan buku kita karena…
Subhanallah… jangankan mencari 40 alasan yangdapat melegalkan prasangka kita kepada saudara kita, mencari setengahnya saja (20 alasan) kita sudah bingung. Bahkan mencari 15 alasan pun kita tidak mampu. Alasan-alasan yang telah kita sebutkan saja terkesan ada beberapa yang agak di buat-buat. Maka berhati-hatilah terhadap prasangka karena prasangka itu lebih mengikuti pemikiran egois kita yang kurang memperhatikan fakta yang ada.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12)

            Jauhkanlah brasangka dari diri kita agar kita dapat lebih menjaga hati kita dan menjaga hati saudara kita. prasangka itu tidak berguna mencapai kebenaran, karena lebih dapat membawa mudharat. Bila terbersit suatu prasangka terhadap orang lain, pikirkanlah dulu 40 alasan yang dapat melegalkan prasangka kita. Masih mau berprasangka??? Harus punya 40 alasan dulu ya… (nov-des 2010)

Surga Neraka Kita Tergantung Mereka


Mama dan papa, bunda dan ayah, ibu dan bapak,  mami dan papi, ummi dan abi, nyokap dan bokap, abah dan ambu  serta masih banyak panggilan lain yang dapat kita ungkapkan sebagai bukti bahwa kita sangat membutuhkan keberadaan mereka. Sosok dua insan itu adalah orang tua kita. Sosok yang sangat penuh cinta, kasih dan sayang terhadap kita. Disaat kita membutuhkan pertolongan, merekalah yang pertama menolong kita. Disaat kita sedang sakit dan tak mampu berbuat apa-apa, merekalah yang pertama menjaga dan melayani kita. Disaat kita menangis, merekalah yang pertama menerima segala gundah di hati kita serta turut menangis bersama kita. Bahkan disaat seluruh orang dan dunia tidak lagi menginginkan kita, hanya merekalah yang akan mau menerima kita dengan segala hal yang ada pada diri kita.
            Saudariku… itulah mereka, orang tua kita. Sosok yang terkadang kita lupakan, segala yang mereka lakukan terhadap kita seakan tak pernah ada. Kita sering merasa hebat dengan semua yang terjadi atas diri kita, tanpa merasa bahwa itu juga atas pengorbanan mereka.Orang tua tidak akan meminta balas apapun kepada kita atas semua yang telah mereka berikan kepada kita, sejak kita masih berada didalam rahim hingga masa yang tanpa batas.

Ingatlah semua jasa…
Wanita yang  selalu menjadi bidadari bagi kita …

Masa hamil yang berat dilaluinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Tubuhnya yang indah berubah menjadi gemuk, perutnya pun sangat buncit. Wajahnya yang cantik terlihat kusam, karena perubahan hormon akibat hadirnya kita. Begitu perutnya semakin besar, ia tampak sangat lelah membawa-bawa kita dalam perutnya. Tapi hatinya begitu bahagia menjalani semuanya, dan sangat menanti kehadiran kita.

Masa kelahiran kita juga begitu membuatnya lelah karena rasa sakit yang tak terkira. Namun tangisan kita ketika menghirup dunia, dengan mudah mengukir senyum di pipinya. Ia pun segera memeluk hangat kita dalam gendongannya.

Masa membesarkan kita pun, tidak kalah beratnya dengan masa kehamilan dan melahirkan. Tapi bukan dirinya bila tak mampu membuat masa itu menjadi masa yang indah. Bayangkan saja, wajahnya tampak kurang terawat karena asyik merawat kita. Tidur malamnya kurang karena kita sering membangunkannya. Ketika kita belajar jalan dan mandiri, entah sudah berapa banyak gelas dan piring yang telah kita pecahkan. Kenakalan kita tentu lebih membuatnya sering mengurut dada. Tapi setiap hal sekecil apapun yang mampu kita lakukan sendiri, selalu membuatnya bersyukur dan bahagia. Ia sangat sabar dan ikhlas menjalani semuanya, namun tetap terlihat tangguh dan bersinar di hadapan kita. Itulah wanita yang paling mulia dalam hidup kita.

Ingat juga jasanya…
Pria yang selalu menjadi pahlawan kita…

Hadirnya kita dalam alam rahim, menjadi berita besar yang sangat membahagiakannya. Perkembangan diri kita sangat diikuti. Padahal wujud kita saja baru menjadi bayangan baginya. Bekerja adalah bagian dari hidupnya yang tak dapat dipisahkan untuk memenuhi semua kebutuhan wanita mulia yang mengandung kita. Kali ini logikanya sangat tunduk pada hatinya, yang terpenting baginya tidak boleh ada yang kurang bagi diri kita.

Menanti kelahiran kita membuat hatinya sangat tak tentu. Do’anya melayang hingga ke arsy menjadi energi khusus yang memudahkan kita menuju alam dunia. Saat itu air matanya menetes melihat kehadiran kita. Ia pun segera mendendangkan adzan dan iqamah yang syahdu di kedua telinga kita.

Membesarkan kita pun perjuangan yang lebih baginya, hingga wajahnya tampak dipenuhi kerutan. Bersama belahan  jiwanya ia mendidik kita, dengan semua cinta, kasih dan sayangnya. Entah sudah berapa banyak peluh yang menetes dari tubuhnya dalam memenuhi semua kebutuhan hidup kita. Ia sangat sabar dan ikhlas menjalani semuanya, namun tetap terlihat perkasa di hadapan kita. Itulah pria yang paling berjasa dalam kehidupan kita.

            Orang tua kita selalu punya cara untuk mengukir senyum dan menghapus air mata di pipi kita, walau mungkin dengan begitu akan menguras pikiran dan hatinya. Jangan pernah lupakan mereka yang bisa menjadi penyebab kita meraih surga atau neraka.

“Rasulullah Saw ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab, "Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu." (HR. Ibnu Majah)

        Berikanlah cinta dan kasih kita kepada mereka setulus yang mereka berikan kepada kita. Jangan pernah bersikap kasar, seenaknya, tak peduli atau bahkan melupakannya. Karena ridho Allah akan kita dapat jika kita mendapatkan ridho kedua orang tua kita. Berbakti dan berbuat baik kepada keduanya adalah perintah Allah dan Rasul-Nya. Perintah ini bahkan di sejajarkan dengan perintah beribadah kepada Allah. Subhanallah…

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra’ : 23-24) (nov-des 2010)



Profesi yang Sangat Dihormati Rasulullah


“Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan dan persahabatanku?" Nabi Saw menjawab, "ibumu...ibumu...ibumu, kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu.” (Mutafaq'alaih)

            Saudariku… setiap kita tentu sangat berharap diamanahkan Allah menjadi seorang ibu. Merasakan beratnya mengandung dan susahnya melahirkan, serta lelahnya merawat, mendidik dan membesarkan anak. Itulah tugas besar seorang wanita yang tidak akan pernah dapat digantikan oleh pria. Rasulullah saw. sang kekasih Allah pun sangat menghormati seorang ibu. Profesi yang sangat agung dan mulia yang tidak pernah mengharapkan pamrih. Cinta dan kasihnya tak akan pernah diragukan.
            Seorang wanita yang shalihah tentunya tidak akan pernah menyia-nyiakan salah satu ladang amal ini. Tetapi justru berlomba-lomba menjadi ibu terbaik di hadapan Allah. Menjadi ibu yang dibanggakan oleh anak-anaknya.
            Karena memiliki tugas besar, maka sudah selayaknya kita perlu menyiapkan diri kita menjadi wanita terbaik dalam menjalankan profesi tersebut. Kita harus memiliki kualitas diri yang baik dalam segala aspek. Aspek ibadah, moral, emosional, keilmuwan, dan kepribadian. Ingatlah… bahwa kualitas suatu negara ditentukan oleh kualitas pemudanya. Pemuda yang memiliki kualitas baik tentu dilahirkan, dirawat, dididik dan dibesarkan oleh wanita yang juga memiiliki kualitas baik.
            Semangatlah saudariku… karena kitalah yang diberikan amanah besar ini. Rawat, didik dan besarkanlah anak-anak kita dengan penuh cinta kasih. Berikanlah mereka keteladanan. Jangan pernah perlakukan anak kita seenaknya, karena mentang-mentang kita yang melahirkannya.
            Anak bagi orang tuanya ibarat plastisin yang bebas dibentuk sesuai keinginan orang tuanya. Anak tidak pernah mampu menolak dididikan orang tuanya, hanya dapat menerima dengan segala kepolosannya. Sehingga kita sebagai seorang ibu harus mampu mendidik dengan cara terbaik dan dengan sebijak mungkin.

Karena bagi seorang anak…

Ibu adalah pahlawan yang selalu melindungi.

Ibu adalah teladannya dalam berbagai hal.

Ibu adalah temannya berkeluh kesah dan membagikan seluruh isi hatinya.

Ibu adalah guru pertama dalam hidupnya.

Ibu adalah pelita semangat yang selalu menyala dan tak pernah padam.

Ibu adalah bunga yang selalu mekar dan menebar wangi dalam hatinya.

Ibu adalah bidadari yang selalu menerima semua keadannya.

Ibu adalah salah satu tangan Allah dalam memberikan keridhon-Nya.

            Saudariku… berusalah agar menjadi guru dan sekolah pertama bagi anak-anak kita. Kita tentu tidak akan pernah rela anak-anak kita menjadikan para baby sitter sebagai teladannya, lebih percaya dengan baby sitternya sebagai tempat berbagi suka dukanya, atau lebih merasa nyaman berada di sisi baby sitter dari pada dengan kita ibunya.
            Menjadi ibu yang baik bukan berarti mengekang diri kita sebagai wanita untuk bisa mengembangkan diri kita, kita tetap dapat mengembangkan diri dan tetap bisa memiliki karir yang baik. Kita tetap bisa melakukan semuanya, karena sebagai seorang wanita kita juga memiliki hak untuk itu. Tetapi ada hal-hal yang tentu harus kita perhatikan dan lebih kita prioritaskan. Bahwa kita tidak boleh melupakan tugas utama kita sebagai ibu bagi anak-anak kita.
            Amanah sebagai seorang ibu, semata bukan tentang tanggung jawab moral sebagai ibu dari anak-anak kita semata. Tetapi jauh dari itu, kita punya tugas besar menyiapkan generasi penerus yang akan memikul amanah dakwah bagi tegaknya Islam sebagai rahmatan lil’alamin (rahmat bagi seluruh alam). Ingatlah anak yang shalih termasuk amalan yang tidak akan pernah putus sekalipun kita telah tiada. (nov-des 2010)